Riki Cahyo Edy

Riki Cahyo Edy

Aku Ingin Sehat, Begitu pun dengan Lingkunganku

11/03/13

Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahim

Dua tahun lalu di awal kuliah di IPB saya kaget ketika mendengar bahwa UI lah yang mendapat gelar green campus di Indonesia. Kenapa bukan IPB? padahal yang saya ketahui adalah IPB mempunyai julukan green campus. Lantas mengapa UI yang mendapat gelar itu? Ketika itu memang saya belum pernah main ke kampus UI. Nah.. ketika punya kesempatan kesana, benar saja UI yang menang, yang jelas UI memang lebih bersih dari IPB.

Saya tetap bangga dengan IPB
Masalah kebersihan dan lingkungan menajadi PR bersama masyarakat IPB. Analisis sederhana tentang latar belakang kondisi lingkungan di IPB adalah karena kampus IPB dan perkampungan masyarakat sangat dekat, itu artinya ada faktor eksternal yang mempengaruhi kondisi lingkungan IPB. Yang kedua adalah latar belakang mahasiswa IPB yang notabene berasal dari penjaringan USMI atau SNMPTN undangan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, berarti juga ada perbedaan latar belakang ekonomi, sosial, budaya. Jika mahasiswa tersebut mempunyai latar belakang yang kurang baik maka secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan itu akan dibawa ke IPB.
Oleh karena itu harus dilakukan perbaikan-perbaikan untuk menciptakan kondisi lingkungan IPB yang lebih baik.

Solusi
Untuk memperbaiki kondisi lingkungan IPB maka harus dilakukan perubahan secara horisontal dan vertikal, secara individual maupun kelompok. Setidaknya, pertama adalah harus kita mulai dari diri kita sendiri. Ingat 3 M nya AA Gym? Agar tercipta lingkungan yang sehat maka harus kita mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil/termudah, dan tentunya harus kita mulai dari sekarang. Misalnya, menjaga kebersihan kamar kita-kita sendiri dulu. Dalam lingkup fakultas dapat menggunakan teknik reward, misalnya melalui program fakultas bersih, jadi akan diperingkat kondisi lingkungan masing-masig dari yang terbersih sampai yang terkotor. Hal ini akan memacu dari setiap fakultas untuk berlomba-lomba menjaga lingkungannya. Ketiga, dalam lingkup masyarakat yang lebih luas adalah menggunakan cara kuota sampah yang dibuang oleh setiap rumah. Hal ini seharus sudah mulai bisa diterapkan di perumahan atau daerah yang kondisi ekonominya menengah ke atas. Misalnya, tarif membuang sampah akan dihitung per plastik. Cara ini diharapkan dapat menekan laju sampah-sampah yang tercipta.