Riki Cahyo Edy

Riki Cahyo Edy

Revolusi Pemuda

23/01/13


Dialah pemuda tampan, wangi, berpenampilan menarik, dan terhormat dikalangan kaum Quraisy, salah satu suku jalihiyah sebelum masa kerasullan Nabi Muhammad Saw tiba. Di setiap penampilannya selalu menjadi pusat perhatian. Dia seorang pemimpin yang cerdas yang selalu di dengar pendapatnya. Pakaiannya yang wangi bagai bunga harum semerbak di kalangan peserta yang datang dalam suatu pertemuan. Mus’ah bin Umair begitu dia dipanggil. Seorang pemuda dari ibu yang juga terhormat dikalangan kaum Quraisy.
Setelah datang berita kerasullan Nabi Muhammad Saw dan seruan untuk bertauhid yang diplokamirkan oleh Rasulullah Saw di atas bukit shafa penduduk Mekkah sering membicarakannya dan menganggap bahwa hal tersebut adalah suatu ancaman. Sehingga dengan diprovokatori dan dikomandoi Abu Jahl beramai-ramailah penduduk Mekkah memusuhi Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya yang membawa pesan agama Tauhid, dimana hanya meng Esa kan Tuhan yang satu yaitu Allah. Mus’ab pemuda yang cerdas itu geram dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw serta pengikutnya. Namun, karena kecerdasannya tersebut tidak serta merta membuatnya puas dengan berita-berita yang tersebar. Mulailah dia mencari berita tentang keberadaan Nabi Muhammad Saw. Akhirnya, dia memperoleh berita bahwa Nabi Muhammad dan pengikutnya suka menjauh dari pusat kota Mekkah yaitu di ujung bukit shafa di rumah Arqam bin arqam.
Mus’ab bin umair diam-diam masuk ke dalam rumah Arqam dan duduk di sudut rumah, dimana pada waktu itu Nabi Muhammad Saw sedang mengajarkan tentang Islam dan membacakan ayat-ayat suci Al-Quran kepada para sahabat. Mendengar bacaan Ayat Suci Al-Quran bergetarlah hati Mus’ab. Kemudian Rasulullah datang kepadanya dan meletakkan tangan di atas dadanya. Sejak saat itulah Mus’ab bin Umair menyatakan ke Islamannya dengan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Keputusan tersebut dia ambil tanpa rasa ragu dan takut sedikitpun. Namun, tidak serta merta dia menunjukkan ke Islamannya kepada semua orang. Sebenarnya tidak ada satu orang pun yang dia takuti kecuali adalah ibunya sendiri. Di Mekkah tidak ada satupun rahasia yang kemudian tidak terbongkar. Suatu ketika Mus’ab yang sedang shalat diketahui oleh salah seorang penduduk Mekkah dan akhirnya berita itu terdengar sampai kepada Ibunya. Ibunya marah sekali kepada Mus’ab. Agama Islam menurutnya sangat berbahaya bagi kelangsungan tuhan-tuhan berhala yang disembah kaum Quraisy tersebut, yang akan berakibat keguncangan ekonomi karena tidak akan ada lagi pendapatan dari menjajakan tuhan-tuhan berhala itu di Mekkah, sekaligus akan meruntuhkan integritas ibunya sebagai pemuka Quraisy karena anaknya menganut Agama Islam. Mus’ab pun mencoba mengajak ibunya kepada jalan yang benar namun ajakan itu tidak disambut oleh ibunya. Tidak ada pilihan lain bagi ibunya yang akhirnya mengurung Mus’ab selama berhari-hari di kamar agar dia kembali kepada agama nenek moyangnya.
“Jika dikatakan pada mereka, “Ikutilah apa-apa yang telah diturunkan Allah!”, mereka menjawab “Tetapi kami mengikuti apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang kami...”                  (Al Baqarah: 170)
Sampai suatu ketika dia mendengar berita tentang perintah hijrah ke Habsyah. Dengan sedikit menggunakan kecerdikannya Mus’ab berhasil lolos dari kurungan ibunya dan turut hijrah ke Habsyah. Walaupun dia tergolong masih muda diantara yang lain, Rasulullah Saw telah mempercayakan kepadanya untuk mengajarkan Al Qur’an kepada penduduk Mekkah. Tidak ada kesulitan yang berarti bagi Mus’ab kecuali pernah ada kepala salah satu suku di Madinah yang menentang dakwah Mus’ab. Dengan tenang dan bijak Mus’ab memberikan tawaran kepada pemimpin tersebut untuk mendengarkan Ayat Suci Al Qur’an. Kemudianpemimpin itu mengatakan tidak ada kesalahan dan bahaya tentang apa yang disebut Islam, bahkan sangat indah isinya dan berisi kebenaran. Akhirnya pemimpin salah satu suku di Madinah tersebut memeluk Agama Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, yang pada akhirnya membuka jalan yang lebih luas bagi dakwah dan penyebaran Agama Islam di Madinah.
Terkadang para sahabat merasa prihatin kepada Mus’ab karena dia dahulu adalah pemuda yang selalu menggunakan pakaian-pakaian mewah dan posisinya terhormat, namun sekarang dia menggunakan pakaian yang sederhana dan bekerja bahu-membahu dalam keadaan yang tidak nyaman untuk kehidupan dunia. Itulah perjuangan Mus’ab dalam membela Agama Allah, dia rela meninggalkan segala kemewahan untuk berjuang bersama Rasullah Saw dan para Sahabat. Mus’ab bin Umair syahid dalam perang Uhud, walupun masih muda dia yang ketika itu sudah dipercaya dan diperintahkan oleh Rasulullah untuk memegang tongkat bendera perang. Ketika kemenangan hampir tiba pasukan pemanah yang telah ditugaskan oleh Rasulullah untuk tetap berada di atas bukit tergoda untuk turun mengambil Ghanimah (harta rampasan perang). Melihat pertahanan kaum muslimi yang terbuka maka kaum Quraisy berputar arah mengelilingi bukit sehingga pasukan kaum muslimin terkepung dari depan dan belakang, sehingga membuat keselamatan Rasulullah terancam, Melihat hal itu Mus’ab dengan takbir berusaha mengalihkan perhatian pasukan Quraisy dari Rasulullah dengan menembus pertahanan kaum Quraisy seorang diri. Walupun seorang diri Mus’ab berhasil mengobrak-abrik barisan kaum Quraisy walaupun pada akhirnya beliau syahid untuk menyelamatkan Rasulullah.
Mus’ab bin Umair di kalangan kaum muslimin mendapatkan panggilan baru yaitu Mus’ab Al Khair (Mus’ab yang baik).Begitulah seorang pemuda yang telah tersentuh oleh Islam. Pemuda yang dahulunya berada pada kondisi nyaman dengan segala kejahiliyahan yang menyelimutinya, dengan kehormatan yang disandangnya, jabatan tinggi dalam kepemudaan, dll. Islam merubahnya menjadi sosok yang arif serta bijak, menjadi pemuda yang sederhana, dan menggunakan kecerdasannya lebih terarah dengan mengajak orang lain kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar.
Sungguh bahwa kenikmatan dunia hanyalah sebagian kecil saja daripada kenikmatan di akhirat. Mus’ab Al Khair seorang pemuda yang mempesona imannya, akhlaknya, dan kontribusinya. Begitulah seorang mukmin yang menginginkan keridhaan dari Allah SWT. Waallahu’alam bi shawab.
“Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai dengan niat dan setiap orang mendapatkan balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Dan Barangsiapa hijrahnya karena dunia yan ia harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.”
(Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadist: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari dan Abdul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairy An-Naisaburi, di dalam kedua kitab hadist tershahih di antara semua kitab hadist)
RCE