Riki Cahyo Edy

Riki Cahyo Edy

Mencapai Titik Keterbatasan

28/01/14




“Godaan terbesar dari seorang pahlawan adalah menjadi orang yang biasa-biasa saja”


Bismillahirahmannirahim..

Terinspirasi membuat tulisan ini karena memang belum lama ini saya mendapatkan materi training motivasi dari Kak Eko Ultrasemangat. Selain itu juga terkait dengan skripsi, topik penelitian kemarin yang saya ajukan tampaknya harus diganti atas masukan dari dosen pembimbing skripsi (PS). Awalnya saya ingin membuat skripsi yang “biasa-biasa saja”, setidaknya topiknya memang yang tidak terlalu asing, data mudah di dapat, dan metode pengolahan datanya nggak terlalu sulit. Tapi, wal hasil dosen PS nggak mau yang “biasa-biasa saja”, beliau ingin penelitian yang dilakukan bisa dimuat di jurnal internasional, setidaknya tujuannya kesana. Ok, kemudian saya cari jurnal internasional sebagai rujukan utama dan ternyata masih sedikit yang membahas mengenai topik tersebut, kalaupun ada metodenya ternyata belum pernah saya dapat di kuliah. Walaupun ini susah, tapi serius saya sangat suka, ini tantangan.

Pahlawan itu diambil dari kata pahala-wan yaitu orang yang ahli pahala, oleh karena itu lawan dari pahlawan adalah pedosawan yaitu orang yang suka berbuat dosa.

Saya belum mencari kebenaran akar kata pahlawan. Namun, itulah yang disampaikan kak Eko. Tampaknya memang tidak masuk akal ya? Waktu itu kita diminta untuk membuatnya menjadi masuk akal, caranya unik, dengan cara mengangkat telapak tangan di atas kepala kita kemudian menepuk-nepukkan telapak tangan ke kepala kita sambil mengatakan “masuk akal.. masuk akal.. masuk akal..” hingga berulang kali. Para peserta training kemudian tertawa, haha.. suatu ritual yang aneh. 

Kita adalah orang yang membuat batasan-batasan itu sendiri.

Saya juga teringat dengan kata sambutan dari seorang dosen ketika meluncurkan software ekonometrika. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak pernah tahu batas kemampuannya dan pembuatan software itu adalah salah satu wujud rasa syukur. Bukankah memang demikian kita sendirilah yang sering membuat keterbatasan tersebut?

Menjadi juara 1, atau tidak sama sekali.

Manusia dilahirkan sebagai juara. Dalam proses pembuahan misalnya, berjuta-juta sel sprema ingin membuahi si ovum tapi lihatlah dalam perjalanan sperma ke ovum, banyak sel sperma yang berguguran, dan pada akhirnya hanya tersisa satu sel sprema yang membuahi si ovum. Jadi jelas kita terlahir sebagai juara. So.. Disetiap kesempatan kita harus berazam/bertekad menjadi juara 1 brader, menjadi yang terbaik, atau godaan itu akan kembali datang “menjadi orang yang biasa-biasa saja”.

Mencari Partner

Untuk mencapai cita-cita besar kita, kehadiran seorang partner sangat diperlukan. Kehadiran pesaing tidak harus kita singkirkan. Partnerlah nantinya yang membantu kita mencapai hal-hal yang luar biasa, yang membantu menemukan titik keterbatasan kita, kemudian mendobrak keterbatasan itu. Ketika Steve Job meninggal, Bill Gates mengatakan “Dia adalah musuhku tepapi dia juga adalah teman terbaikku” karena Steve Job yang membuatnya menjadi orang terkaya di dunia, sedangkan Bill Gates yang membuat Steve Job bisa menelurkan ide-ide gila apple nya. Begitulah kehadiran seorang partner.

Kinerja Puncak

Seperti artikel yang sebelumnya saya buat tentang menikmati peran. Hal yang membuat seseorang dapat terus tumbuh adalah motif dari apa yang dia lakukan. Seseorang dapat mencapai kinerja puncak jika apa yang dilakukannya tersebut merupakan panggilan jiwa. Sebuah motif perilaku yang ingin mengabdikan diri. Menurut saya, panggilan jiwa bisa kita dapatkan dengan memahami tujuan penciptaan manusia. Sehingga simpelnya kita bisa berkata, “Saya melakukan ini, karena memang inilah yang seharusnya saya lakukan”.

Never Ending Improvement

Akhir dari tulisan ini, bukanlah sesuatu yang dapat dipastikan seseorang yang ingin menjadi yang terbaik, menjadi juara 1 di setiap kesempatan pasti bisa meraihnya. Tetapi patutnya kita harus menghargai diri sendiri dan orang lain yang sedang berusaha mencapainya, tentunya hal itu juga sebagai betuk rasa syukur atas segala apa yang kita miliki. Seseorang yang sama sekali tidak memberikan ruang kesalahan dari usahanya, maka orang tersebut akan “mandek” “stagnan” alias disitu-situ aja karena kunci sukses seperti yang kak Eko katakan adalah never ending improvement, sediakan ruang-ruang kesalahan itu untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Waallahu’alam bi shawab.


Selasa, 28 Januari 2013 Pk.09.13 WIB
KRL St. Ps.Senen Menuju St. Tawang Semarang