Riki Cahyo Edy

Riki Cahyo Edy

Percaya Orang Indonesia

18/11/12


Alhamdulillah berkat kuasa Allah tahun lalu saya diberikan kesempatan datang ke negeri lain. Ada beberapa membuat saya kaget (mungkin baru sekali itu ya keluar negeri, hehe..), salah satu ketika saya dan temen-temen pergi ke sebuah stasiun kereta. Pertama karena tidak ada yang melayani pembelian tiket, karena pembelian tiket melalui sebuah mesin seperti ATM. Kedua, karena ketika akan masuk ke dalam kereta tidak ada petugas yang menjaganya. Jadi kita tinggal menggesek kartunya, kemudian pintu pembatas yang tingginya tidak seberapa terbuka. Sambil terheran-heran, saya  kemudian membayangkan negara saya Indonesia dan timbul pertanyaan, "apa yang kemudian terjadi apabila stasiun di Indonesia seperti ini dan tidak ada penjaganya?". Logika saya pun menjawab, kalau seperti ini orang Indonesia bisa loncat tuh dan gak perlu bayar.

Maaf kepada Indonesia, saya tidak bermaksud mejelekkan negara sendiri. Namun, kita harus mengambil pelajaran dari sini. Bahwa kita semua harus menjaga integritas, salah satunya jujur dan amanah sangat penting. Bukti yang nyata adalah banyaknya pejabat yang tidak amanah dan menggunakan uang rakyat secara tidak jujur (baca: korupsi). Ada juga kasus mafia Ujian Akhir Nasional (UAN), dimana ada sekelompok oknum yang menawarkan jasa untuk memberikan jawaban UAN, untuk yang satu ini saya mendapatkan beritanya dari guru saya SMP, dan beliau pun pernah ditawari untuk bergabung dan alhamdulillah beliau tidak mau.

Maaf kepada Indonesia, saya tidak bermaksud menjelekkan negara sendiri. Namun kita harus mengambil pelajaran dari sini. Adab adalah sesuatu yang dilupakan di negeri ini. Kita bisa mengibaratkan bahwa jika menggunakan adab maka nilainya 1, kemudian ilmu mempunyai nilai 0. Apabila kita mencari ilmu dan menggunakan adab yang baik maka kita memunyai nilai 10. Kemudian apabila kita mempunyai ilmu yang tinggi, misalkan parameternya adalah nilai ujian kita 100, namun bisa kita peroleh dengan mencontek maka angka 1 akan hilang dan hanya tinggal angka nolnya saja. Artinya nilai kita nol.

Masih teringat ketika saya mengikuti ujian filosofi ekonomi syariah. Di atas kertas ujian tertera tulisan yang dicetak tebal, "Mencontek adalah tindakan pelanggaran syariah berat dan akan diberikan nilai nol pada hasil ujiannya". Ya seperti itulah, adab memang sangat penting. Sebaik-baiknya pekerjaan adalah yang membuat kita menjadi lebih dekat kepada Sang Pencipta.

Sebagai pemuda saya sangat optimis bahwa Indonesia kelak menjadi contoh suatu peradaban dunia. Semoga ini bisa menjadi pelajaran khususnya buat saya dan buat temen-temen pembaca.

"Banyaknya Demo Buruh Meminta Kenaikan Upah dan Penghapusan Outsourcing"

01/11/12


Tenaga kerja memang faktor produksi yang istimewa. Istimewa karena faktor ini merupakan ciptaan Allah SWT. Permintaan tenaga kerja merupakan turunan dari banyaknya jumlah output yang diminta oleh konsumen. Semakin banyak permintaan produk semakin banyak juga tenaga kerja yang diminta - khususnya dalam jangka pendek. Menurut saya, Pengusaha dan Tenaga kerja adalah sebuah tim yang secara bersama-sama membangun perusahaan. Tapi kini dengan adanya sistem outsourcing hubungan itu seakan-akan sudah hilang. Kini yang ada adalah hubungan antara pemilik modal dengan alat produksi dimana posisi manusia setara dengan mesin-mesin produksi. Jikalau seperti itu pasti tidak ada ketentraman di masing-masing pihak.
Mengenai kenaikan upah/UMR ternyata penentuan ini sangat rumit karena ada 40an lebih variabel yang dimasukkan-studi kasus penentuan UMR Kabupaten Bogor (Info dari dosen). Pihak pengusaha dan perwakilan serikat pekerja sama-sama ingin memaksimumkan keuntungan, sulit menentukan dimana titik keseimbangannya. Dalam ekonomi syariah semua pelaku ekonomi mempunyai keinginan untuk memaksimumkan maslahah (halal dan berkah), tujuannya adalah untuk mencapai falah (bahagia dunia-akhirat). Semoga konsep dasar ini menjadi fondasi dalam menentukan tingkat UMR karena (dalam teori) jikalau upah terlalu tinggi bagi perusahaan maka perusahaan akan mengurangi tenaga kerjanya dan jika terlalu rendah maka kesejahteraan tenaga kerja tidak terpenuhi dan ini berisiko kepada kemungkinan kinerja mereka tidak maksimal.

by Riki Cahyo Edy