Riki Cahyo Edy

Riki Cahyo Edy

Cinta dan Cita

06/07/13



Setiap orang pasti mempunyai rasa cinta dan cita. Kedua hal ini sama-sama penting bagi kehidupan manusia. Dan orang-orang yang berhasil adalah orang yang bisa melangkahkan kedua hal tersebut seirama. Kedua hal ini juga yang membuat hidup seseorang menjadi lebih bermakna, mengharu biru, dan heroik.
Jika cinta manusiawi lebih kuat mempengaruhi jiwa kita maka biasanya menjadikan seseorang mudah terjatuh apabila harapannya tidak tersampaikan. Seperti Qais yang mati bukan karena penyakit fisik tetapi karena jatuhnya jiwanya karena gagal merajut hidup dengan pasangan yang ia inginkan. Terlihat tidak masuk akal tapi inilah banyak menimpa kita.
Dengan tingkat yang lebih rendah, cinta manusiawi kadang membuat diri kita menjauh dari teman, keluarga, atau organisasi. Menjauh karena seakan dunia ini menjadi milik berdua, mereka mereduksinya dan mempersempitnya. Kadang juga cinta manusiawi membuat cita ternomorduakan, fokusnya tidak lagi ke cita karena sibuk memahami, mengotak-atik, dan mengumbar isi hati.
Ada satu lagi yaitu cita yang juga merupakan bagian dari cinta. Tetapi jenis cinta ini berbeda dengan romantisme cinta manusiawi yang banyak merapuhkan jiwa manusia. Ini disebut cinta misi. Cinta misi adanya adalah pemberian atau sudah ada yang sifatnya mutlak. Apabila kita menyandarkan arti cinta misi sebagai bagian dari seorang muslim, maka misi tersebut sebenarnya adalah ibadah. Dengan berbagai jenis cita semua terbungkus dalam wadah ibadah. Misi ibadah inilah yang menguatkan jiwa. Hanya saja yang perlu dipahami adalah ibadah tidak mempersempit ruang cita, karena kita bebas memilih peran apa saja yang kita inginkan asalkan terbimbing.
Tentu kita tidak bisa menghindar dari cinta manusiawi sebagaimana makna umum yang kita mengerti. Tidak bisa menghindar dan memang tidak perlu dihindari. Hanya saja membuat kombinasi yang seimbang dari kedua jenis cinta tersebut membuat hidup kita lebih bermakna dan terarah. Menjaga agar kita tidak runtuh di tengah jalan kehidupan. Menjaga kesadaran dikala sedang bersedih. Menjaga kesadaran dikala semangat. Menjaga kesadaran.

Selain Kegagalan

05/07/13



Selain kegagalan, rintangan merupakan bentuk musibah lain yang menimpa para pahlawan. Begitu salah satu bagian tulisan dari artikel yang berjudul musibah yang ditulis oleh anis matta.
Begitulah rintangan merupakan keniscayaan bagi kehidupan manusia. Tidak seorang pun mendapatkan sesuatu yang diinginkan tanpa melalui suatu rintangan, entah itu kecil atau besar. Rintangan merupakan musibah, tetapi rintangan juga kemuliaan. Begitu firman Allah SWT bahwa belumlah sekali-kali disebut beriman apabila belum menerima cobaan.
Rintangan yang berubah menjadi kegagalan terkadang dapat meruntuhkan kita, kehilangan semangat dan harapan. Suatu hal yang manusiawi. Sebagai manusia yang mempunyai sisi emosional yang naik turun.
Tapi tak perlu kita mati dalam kesedihan. Meratapi kegagalan. Menjadi manusia tanpa semangat dan harapan tidak jauh berbeda dengan orang yang tidak bernyawa. Untunglah, Allah SWT tidak menilai sukses gagalnya manusia dari hasil akhir, tetapi dari niat dan dibuktikan dengan proses atau tindakan-tindakan sebagai pembuktian dari keseriusan niat tersebut.
Oleh karena itu perlu kepada setiap orang untuk mempunyai sistem imun yang kuat. Disitulah uniknya orang beriman. Mereka melihat sisi lain dari setiap rintangan dan kegagalan yang mereka terima. Mereka katakan bahwa rintangan adalah tantangan dan kegagalan adalah titik tolak kebangkitan. Dengan paradigma berpikir yang berbeda yang mereka bangun maka mereka menjadi manusia yang berbeda pula, bukan hanya manusia yang mempunyai sisi manusiawi tetapi juga menjadi manusia misi.
“Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan pendusta.”
(Q.S. al-Ankabut [29]: 2-3)