Bismillahirrahmannirahim
Iya setelah lebih dari dua tahun
belajar di IPB dan malang melintang di berbagai organisasi baik internal maupun
eksternal di tahun ini lah puncaknya. Tahun 2013 adalah tahun kontribusi. La
haula wa la quata illa billah.. ya hanya minta pertolongan terhadap Allah
semata sebagai pemilik segala kekuatan. Tahun ini lebih kompleks amanahnya
daripada tahun-tahun sebelumnya.
Mengurangi Amanah
Dulu sewaktu masih SMA, pernah
berpikir enaknya ya anak kuliahan yang dipelajari lebih rinci, lebih spesifik,
jadi gak perlu pusing belajarnya karena udah jelas dan gak banyak bahannya.
Sewaktu masa TPB (tingkat persiapan bersama) di IPB juga berpikir ambil amanah
satu saja lah. Ternyata hal tersebut sulit dilakukan. Semakin bertambah umur dan
pengalaman maka amanah yang diemban maka semakin besar dan banyak, betul?
Mau nolak amanah ternyata sulit,
mungkin masih jiwa muda jadi semangatnya semangat 45. Tapi alhamdulillah bisa
belajar terus, kapan lagi coba? Kata Ustadz Hasan Al Banna bahwa hanya
orang-orang yang sibuk lah yang bisa menyelesaikan tugas-tugasnya. Beliau juga
mengatakan waktu 24 jam itu sebetulnya terlalu sempit bagi seorang muslim untuk
menyelesaikan amanahnya. Jadi semangat lagi ketika menemukan kata-kata itu di
atas meja belajar teman se kamar saat TPB. Sepertinya dia baru pulang dari
acara LDK Al Huriyyah. Subhanallah.
Nasehat Seorang Akh
Gue capek ki banyak amanah, pusing. Katanya. Teman ini sambil jalan
bercerita yang diselingi canda tawa (sebuah perjalanan dari masjid kampus tercinta
menuju GKA tempat rapat/syuro). Gue juga bingung ngejawab apa soalnya selama
ini gue jalan aja (pokoknya jalan terus nanti Allah yang menolong, gue yakin
itu), jadi kalau ada yang curhat begini bingung ngejawabnya. Kemudian dia
lanjutkan ceritanya. “Gue udah bilang ini ke kak T* (ini kakak yang
menjerumuskan gue ke FORMASI, tp syukur alhamdulillah J )”. Dia
Cuma bilang, “gue juga dulu pernah merasa begitu, tapi ya mungkin ini adalah
karunia Allah, tandanya Allah percaya sama kita”. COCOK dapat intinya, cakep
bgt deh.. dalam hati gue bilang gitu. Gue juga jadi semangat lagi nih.
Insyaallah kalau orang beriman mah semuanya itu datangnya dari Allah dan untuk
Allah biar kita-kita dapat ridho Allah gitu. Biar umur kita ini berkah. Biar
jadi orang manfaat lah.
Teman dan Buku
Gue catet BESAR-BESAR di satu halaman buku organisasi dengan tulisan
diagonal dari kiri bawah ke kanan atas (hehe.. kyk kuva penawaran aja),
tulisannya TEMAN & BUKU. Selain Al Qur’an Allah telah menciptakan teman dan
buku yang baik buat kita-kita sebagai teman kehidupan. Gue sangat berharap
selalu ada teman yang terus mengoreksi, memberi masukan, dan menyemangati. Dan
peran buku sangat penting juga sebagai tambahan wawasan. Jadi pilih teman dan
buku yang baik itu penting. Baik yang bagaimana? Ya baik menurut Allah.
Alhamdulillah selama ini gue punya teman-teman yang luarr biasa.
The Miracle of Giving
Dulu pertama kali masuk di IPB gue pernah sakit satu minggu lebih.
Kalau udah sembuh, dan kehujanan lagi, jatuh sakit lagi. Kemudian saat udah
mulai ikut organisasi, kebetulan juga Allah ngasih amanah yang gak tanggung,
langsung ditunjuk Allah jadi salah satu kepala di salah satu bidang.
Subhanallah. Pengalaman? TIDAK! Gue tahu yang namanya RKAT aja waktu setelah
ditunjuk jadi kepala bidang. Apa maksud Allah ini? Allah tidak mungkin salah
tunjuk Itu keyakinan gue dan saat itu gue langsung fast track belajarnya.
PROGRESIVE Selalu kata kak Aryo Menjaknas BEM KM. Dan saat itu panas hujan, gak
peduli gue terobos aja, gue gak ingin gara-gara keterlambatan eksekusi nasib
temen-temen TPB yang membutuhkan bantuan jadi tertunda. Dosa banget gue. Tapi
subhanallah sejak saat ikut organisasi gue jadi gak pernah sakit lagi.
Doa Umar
Tahun 2013 ini adalah tahun kontribusi bagi gue. Kakak dulu yang
memberikan masukan dan semangat sudah tidak ada lagi. Kini gantian gue yang
memberikan masukan dan menyemangati teman-teman. “Ya Allah kuatkan pundak
hambamu ini”.
“Kalahkan
rasa takut mereka dengan optimisme-mu, kepedulianmu, arah yang jelas, keinginan
mendengarkan, dan disiplin.” (Renald Khasali dalam buku Marketing in Crisis)