Bismillahirrahmannirrahim...
“Kemenangan di alam jiwa adalah kemenangan di alam nyata”
Sebuah bab di dalam buku Dari Gerakan ke Negara yang ditulis
oleh Anis Matta ini mengingatkan kepada yang lupa mengenai makna sebuah kekuatan
ruhiyah, meluruskan niatan kita, dan memberikan suntikan semangat kepada
jiwa-jiwa yang telah layu.
Telah di jelaskan bahwa kemenangan pasukan muslimin dalam
menghadapi serangan fisik dari kaum Quraisy dalam Peran Badar bertepatan dengan
bulan Ramadhan dimana Allah SWT mewajibkan kaum muslimin untuk berpuasa. Di
saat kaum muslimin harus menjaga diri dari lapar dan haus, dari luapan emosi
yang berlebihan, dan dari segala yang dilarang oleh Allah pada bulan Ramadhan,
kaum muslimin mendapatkan ujian peperangan.
Namun disinilah kuncinya, disinlah letak kemenagan besar
itu, sebuah kemenangan yang mengguncangkan dunia, sebuah kemenangan yang
menunjukkan keberadaan kaum muslimin sebagai sebuah entitas yang kelak menjadi
guru peradaban.
Mungkin sebagian besar orang mengatakan bahwa arti pemimpin
adalah seseorang yang telah diangakat oleh sekelompok orang/institusi dari
diakui oleh khalayak ramai. Namun Rasulullah telah memutar balikkan pernyataan
itu dengan menyebutkan tiap-tiap orang adalah pemimpin, dan setiap pemimpin
akan dimintai pertanggungjawabannya.
Arti pemimpin di atas adalah salah satu rekonstruksi
pemikiran yang membawa pada kehidupan yang lebih maslahat. Seperti halnya
pasukan Badar yang telah berkeyakinan bahwa semua kekuatan berasal dari Allah,
sehingga kemenangan akan dicapai apabila kita berada pada suatu titik yang
sangat dekat bahkan secara sempurna memenuhi perintah Allah.
Iya, puasa telah menjadi kekuatan yang besar bagi kaum
muslimin untuk menghadapi serangan yang dilancarkan oeh kaum Quraisy. Sebelum
kaum muslimin bertarung pada medan yang nyata maka sudah terlebih dahulu mereka
menang dalam jiwa mereka, menang menghadapi musuh yang membuat rasa gentar dan
ragu, menang dalam menghadapi musuh yang sejatinya berasal dari dalam jiwa
mereka, dan rasa syukur dalam menjalani ibadah puasa.
Patutnya ini menjadi evaluasi kita bahwa apakah benar kita
telah berjalan di atas jalan yang tepat, apakah kita sudah ikhlas beribadah,
apakah benar semua yang kita lakukan hanya untuk meraih ridha Allah SWT?
Semoga semangat menjaga ruhiyah kembali menyala kepada
jiwa-jiwa yang telah lelah dengan
berbagai aktivitas. Semoga ini menjadi penyegaran, sangat segar dan dapat
mengembalikan kita kepada berbagai aktivitas yang bernilai dan bermakna. Karena
bisa disebut sebagai seorang muslim yang sukses adalah di tengah aktivitasnya
yang padat, amalan ruhiyah mereka tetap terjaga.
Satu lagi, mungkin salah satu renggangnya ukhuwah kita
adalah menurunnya kualitas ruhiyah kita. Mari saling mendoakan, selalu ingat
saudara-saudara kita ditengah doa yang kita panjatkan. Tiada nikmat yang lebih
besar daripada nikmat iman dan islam.