Senang rasanya masih bisa corat-coret di blog ini dan sepertinya blog ini menjadi wadah yang siap menampung segala apa yang ingin saya utarakan. Saya sering bercerita mengenai gagasan ke temen2 tapi kata mereka "yasudah ki tulis saja", mungkin karena kebanyakan dan sepertinya menulis adalah cara yang tepat untuk menyalurkannya.
Kali ini saya ingin bercerita tentang keberadaan saya di dalam ruang rapat DPR sekitar 1,5 tahun yang lalu, ruangan ini di sebelah ruangan ketua DPR Marzuki Alie. Awal bisa kesana karena saya ikut aksi dari BEM KM terkait penolakan rencana pembangunan gedung baru DPR. Alasan simpelnya karena dirasa pembangunan gedung DPR ini bukanlah sesuatu yang urgent mengingat masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia, selain itu kinerja DPR juga belum menunjukkan hasilnya dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Singkat cerita, dalam menarik perhatian dari anggota DPR dan media sekaligus menunjukkan bahwa aksi ini adalah aksi yang kita lakukan dengan serius maka kami membakar sebuah kasur. Namun, perlu dicatat bahwa pembakaran kita masih dalam kendali kami artinya kami tidak melakukan hal yang berlebihan dari sekedar membakar kasur. Dan ternyata aksi ini mendapatkan perhatian dari aggota dewan dan media, kemudian perwakilan dari kami dipersilahkan untuk masuk ke gedung DPR untuk berdiskusi dengan ketua DPR Marzuki Alie.
Pada waktu itu saya masih tingkat pertama di IPB dan kemudian berusaha ikut masuk ke dalam gedung. Setelah melewati pemeriksaan petugas saya baru sadar bahwa dari beberapa perwakilan yang masuk saya sendiri yang masih tingkat satu dan hampir semua yang masuk ke gedung DPR adalah para ketua2 BEM dari berbagai fakultas di IPB. Tapi ini tidak menjadi masalah.
Tidak seperti yang saya pikirkan, karena di dalam ruang diskusi kami menunggu keluarnya ketua DPR hampir satu jam lamanya. Sembari menunggu kedatangan ketua DPR kami mencoba membuka forum terlebih dahulu untuk berdiskusi antar mahasiswa, forum ini kami buka dengan mengucap Basmallah bersama2. Apapun aktivitasnya membuka sesuatu dengan hal yang baik itu tetap penting. Kemudian kami berdiskusi terkait pembangunan gedung DPR sampai ketua DPR datang. Diskusi dengan ketua DPR belangsung alot, hingga pada akhirnya beliau akan membahas lagi terkait rencana pembangunan gedung DPR ini dan bersedia hadir ke IPB untuk berdiskusi dengan mahasiswa.
Merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga bagi saya dan teman-teman. Seharusnya mahasiswa memang tidak perlu aksi, namun dalam melakukan kontrol sosial sekali-sekali perlu melakukan aksi. Karena sifat manusia adalah jika merasa tidak diawasi maka sering melakukan hal-hal yang tidak sesuai. Apalagi mahasiswa mendapatkan subsidi pendidikan dari rakyat sehingga seharusnya kita pun turut membela hak-hak rakyat. Ini adalah proses pembelajaran dari ruang laboratorium yang sesungguhnya.