Bismillaahhirrahmannirahim..
Teringat di
suatu malam kurang lebih satu tahun yang lalu. Langit malam Bogor memang sedang
mendung, mendung sekali,. Pertama merasa khawatir karena malam itu juga ada
agenda yang penting sekali untuk dihadiri. Mulailah mencoba kontak teman apakah
dia berangkat atau tidak tapi tak kunjung ada balasan sms.
Hujan benar-benar
membasahi Bogor dimana sangat panas siang harinya. Hujannya amat deras, dan
sempat berpikir sepertinya kondisi tidak memungkinkan untuk berangkat. Tapi
hati tak nyaman dengan itu.
Pukul 20.00
teman sms, isinya “ jadi ki, ini berangkat dari rumah, tunggu di kosan ya”,
selang 15 menit teman pun datang membawa motor dan memakai jas hujan. Hujan
yang amat deras itu ternyata membuat jas hujan kurang berfungsi sebagaimana
mestinya, tetap saja basah terutama celananya. Aku langsung masuk ke bagian
belakang jas hujan dan ikut kehujanan juga. Ok, bismillah berangkat!
Di tengah
perjalanan tak jauh dari kosan, tiba-tiba ban motor bocor. Kami pun ke pinggir
jalan dan berteduh. Sepertinya ada saja cobaan yang menghampiri kami. Tak tahu
bagaimana caranya, akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat. Teman
akhirnya mencari tempat tambal ban dan saya dipersilahkan duluan. Akhirnya
teman mencari tempat tambal ban dan aku masih duduk di pinggir jalan berharap
ada angkot yang datang karena jalan itu bukan jalan yang biasa dilewati angkot.
Alhamdulillah ada angkot datang dan hujan masih sangat deras.
Aku pun turun
dari angkot dan cepat-cepat menyeberang ke sisi jalan yang lain karena letak
pertemuan itu ada diseberang jalan dan hujan deras masih mengguyur. Tiba di
rumah pertemuan, semua sudah basah kuyub kecuali kemeja yang tertupi tas. “Asslamualaikum”
aku sampaikan salam. Terdengar jawaban dari murobbi “Astagfirullah, ayo masuk,
hujan deras masih berangkat juga”. Di dalam rumah terlihat sudah ada tiga orang
teman yang datang lebih dulu dan mereka tertawa. Kami pun membuka pertemuan dengan
membaca Basmaallah dan masing-masing dari kami membaca Al-Qur’an satu halaman.
Sepuluh menit kemudia teman yang pergi menambal ban datang, “asaalamualaikum”
salam darinya, Alhamdulillah datang juga, meskipun dia basah kuyub juga.
Begitulah
suatu pertemuan halaqah yang kami rindu-rindukan. Cukuplah pertemuan itu
membasuh jiwa ini yang sudah mulai mengering. Subhanaallah.