“Godaan terbesar
dari seorang pahlawan adalah menjadi orang yang biasa-biasa saja”
Bismillahirahmannirahim..
Terinspirasi membuat tulisan ini
karena memang belum lama ini saya mendapatkan materi training motivasi dari Kak
Eko Ultrasemangat. Selain itu juga terkait dengan skripsi, topik penelitian
kemarin yang saya ajukan tampaknya harus diganti atas masukan dari dosen
pembimbing skripsi (PS). Awalnya saya ingin membuat skripsi yang “biasa-biasa
saja”, setidaknya topiknya memang yang tidak terlalu asing, data mudah di
dapat, dan metode pengolahan datanya nggak terlalu sulit. Tapi, wal hasil dosen
PS nggak mau yang “biasa-biasa saja”, beliau ingin penelitian yang dilakukan
bisa dimuat di jurnal internasional, setidaknya tujuannya kesana. Ok, kemudian
saya cari jurnal internasional sebagai rujukan utama dan ternyata masih sedikit
yang membahas mengenai topik tersebut, kalaupun ada metodenya ternyata belum
pernah saya dapat di kuliah. Walaupun ini susah, tapi serius saya sangat suka,
ini tantangan.
Pahlawan itu diambil dari kata pahala-wan yaitu orang yang ahli pahala,
oleh karena itu lawan dari pahlawan adalah pedosawan yaitu orang yang suka
berbuat dosa.
Saya belum mencari kebenaran akar
kata pahlawan. Namun, itulah yang disampaikan kak Eko. Tampaknya memang tidak
masuk akal ya? Waktu itu kita diminta untuk membuatnya menjadi masuk akal, caranya
unik, dengan cara mengangkat telapak tangan di atas kepala kita kemudian
menepuk-nepukkan telapak tangan ke kepala kita sambil mengatakan “masuk akal..
masuk akal.. masuk akal..” hingga berulang kali. Para peserta training kemudian
tertawa, haha.. suatu ritual yang aneh.
Kita adalah orang yang membuat batasan-batasan itu sendiri.
Saya juga teringat dengan kata
sambutan dari seorang dosen ketika meluncurkan software ekonometrika.
Beliau mengatakan bahwa beliau tidak pernah tahu batas kemampuannya dan
pembuatan software itu adalah salah satu wujud rasa syukur. Bukankah memang
demikian kita sendirilah yang sering membuat keterbatasan tersebut?
Menjadi juara 1, atau tidak sama sekali.
Manusia dilahirkan sebagai juara.
Dalam proses pembuahan misalnya, berjuta-juta sel sprema ingin membuahi si ovum
tapi lihatlah dalam perjalanan sperma ke ovum, banyak sel sperma yang berguguran,
dan pada akhirnya hanya tersisa satu sel sprema yang membuahi si ovum. Jadi
jelas kita terlahir sebagai juara. So.. Disetiap kesempatan kita harus
berazam/bertekad menjadi juara 1 brader, menjadi yang terbaik, atau godaan itu
akan kembali datang “menjadi orang yang biasa-biasa saja”.
Mencari Partner
Untuk mencapai cita-cita besar
kita, kehadiran seorang partner sangat diperlukan. Kehadiran pesaing tidak
harus kita singkirkan. Partnerlah nantinya yang membantu kita mencapai hal-hal
yang luar biasa, yang membantu menemukan titik keterbatasan kita, kemudian
mendobrak keterbatasan itu. Ketika Steve Job meninggal, Bill Gates mengatakan
“Dia adalah musuhku tepapi dia juga adalah teman terbaikku” karena Steve Job
yang membuatnya menjadi orang terkaya di dunia, sedangkan Bill Gates yang
membuat Steve Job bisa menelurkan ide-ide gila apple nya. Begitulah kehadiran seorang partner.
Kinerja Puncak
Seperti artikel yang sebelumnya
saya buat tentang menikmati peran. Hal yang membuat seseorang dapat terus
tumbuh adalah motif dari apa yang dia lakukan. Seseorang dapat mencapai kinerja
puncak jika apa yang dilakukannya tersebut merupakan panggilan jiwa. Sebuah
motif perilaku yang ingin mengabdikan diri. Menurut saya, panggilan jiwa bisa
kita dapatkan dengan memahami tujuan penciptaan manusia. Sehingga simpelnya
kita bisa berkata, “Saya melakukan ini, karena memang inilah yang seharusnya
saya lakukan”.
Never Ending Improvement
Akhir dari tulisan ini, bukanlah
sesuatu yang dapat dipastikan seseorang yang ingin menjadi yang terbaik,
menjadi juara 1 di setiap kesempatan pasti bisa meraihnya. Tetapi patutnya kita
harus menghargai diri sendiri dan orang lain yang sedang berusaha mencapainya,
tentunya hal itu juga sebagai betuk rasa syukur atas segala apa yang kita
miliki. Seseorang yang sama sekali tidak memberikan ruang kesalahan dari
usahanya, maka orang tersebut akan “mandek” “stagnan” alias disitu-situ aja
karena kunci sukses seperti yang kak Eko katakan adalah never ending improvement, sediakan ruang-ruang kesalahan itu untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan.
Waallahu’alam bi shawab.
Selasa, 28 Januari 2013
Pk.09.13 WIB
KRL St. Ps.Senen Menuju
St. Tawang Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar