Bismillah...
Rupanya bulan Ramadhan ini kembali memberikan inspirasi saya untuk berbagi cerita kepada teman-teman. Kebetulan satu tahun yang lalu ketika pergi ke China saat itu sedang bulan Ramadhan. Setiap muslim di seluruh dunia akan melaksanakan ibadah puasa satu bulan penuh tak terkecuali penduduk China. Puasa tahun lalu jatuh di bulan Agustus, sedangkan di China sedang mengalami musim panas. Sesungguhnya bagi saya cukup berat pada waktu itu untuk berpuasa, sebagai seorang musafir yang menempuh perjalanan sangat jauh merupakan salah satu alasan yang bisa menjadi alasan untuk tidak berpuasa. Namun ada suatu tekad khusus dari saya dan teman-teman untuk bisa merasakan bagaimana rasanya berpuasa di negara lain, di negara yang musim menjadi minoritas, di negara yang sangat sulit menemukan makanan yang halal, ditambah cuaca yang sangat panas.
Masih ingat kah dengan tulisan pertama saya di blog ini (berjudul : Road to Shanghai-China 2011)? Saat tiba di bandara kami dijemput oleh seorang supir chiness, kami sempat kaget ketika dalam perjalanan memenuhi undangan dari kepala sertifikasi pangan halal China di Masjid Pudong, beliau (pak supir) di dalam mobil ketika memasuki wilayah Pudong tiba-tiba mengenakan kopyah dan saat itulah kami menyadari bahwa beliau adalah muslim. Begitu tiba di Masjid Pudong perasaan senang lah yang ada karena sangat sulit sekali mencari Masjid atau Mushola di China. Masjid Pudong ini merupakan Islamic Centre di daerah tersebut, Masjid yang dominan bewarna putih ini tidak hanya sebagai tempat beribadah tetapi juga sebagai tempat pemotongan hewan, sehingga daging yang berasal dari Masjid ini halal.
Menjelang Maghrib kami pun di antar ke tempat wudlu, sebenarnya saya sedikit bingung kenapa tidak berbuka puasa dahulu terus wudlu dan shalat magrib. Yah.. karena orang baru saya ikut aja. Setelah wudlu kami di antar suatu ruangan, ternyata ruangan di lantai satu masjid tersebut adalah ruang makan dan dapur, di sana telah berjajar rapi orang-orang muslim China di tempat duduk dan di depannya ada meja yang berisi buah-buahan dan sejenis roti. Saat terdengar suara adzan, seketika ada seseorang berdiri di dekat pintu masuk ruangan memimpin doa berbuka puasa dan kami pun ikut berdoa bersama-sama. Hanya butuh waktu 10 menit untuk memakan makanan di depan kami, hehe..!! Semua orang dalam ruangan tersebut secara serentak keluar ruangan dan mengantri untuk cuci tangan dan langsung shalat berjamaah, jadi tidak wudlu lagi. Ketika shalat maghrib selesai tiba-tiba secara serentak kembali mereka berdiri, awalnya saya pikir mereka langsung kembali ke ruang makan dan makan makanan utama tapi ternyata mereka secara serentak berdiri dan mundur satu saff ke belakang dan melaksanakan shalat sunnah, subhanallah.. dalam hati. Itulah teman-teman berbagai kebiasaan warga muslim China di bulan Ramadhan, mereka sangat bangga dan survive dengan ke islaman mereka walaupun sangat tidak mudah menjadi seorang muslim yang taat di negara yang penduduk muslimnya sebagai minoritas. Bagaimana dengan kita? Semoga sebagai seorang muslim kita juga bangga dan survive apalagi kita berada di lingkungan yang sangat kondusif dan mendukung.