Riki Cahyo Edy

Riki Cahyo Edy

Road to Shanghai-China (Agustus 2011)

06/07/12

Bagaikan kejatuhan durian runtuh itulah yang aku rasakan di tahun 2011, di tahun pertama aku kuliah di IPB. Namun teman-teman perlu tahu juga diantara kertas putih pasti ada noda hitam kecil, maksudnya tak serta merta sukses 100%. Hidup itu perjuangan, penuh pengorbanan, baik harta, fisik, maupun pikiran, dan Allah itu Maha Adil itu yang aku rasakan. Sekecil apapun usaha kita pasti dibayar Allah dengan kontan tidak kurang sedikitpun.
Pada tahun 2011 tersebut aku dan 6 teman yang lain memeperoleh kesempatan untuk pergi ke Shanghai-China dalam rangka presentasi paper. Tak mudah perjuangan pergi kesana, selain materi paper yang harus kami persiapkan dengan matang, kami juga harus memeras ide dan tenaga agar mendapatkan biaya yang jumlahnya cukup besar. Disilah Allah menunjukkan kebesaran-Nya, akhirnya H-2 kami bisa membeli tiket pesawat. Subhanallah.
Sebelum berangkat menuju ke Jakarta, aku sempatkan untuk bertemu dan makan bareng sama teman-teman Soskemah BEM TPB. Mereka adalah izza, nofi, nurul, nazula, ajron, mawardi, sayangnya rizka sang sekretaris soskemah, dan rifqi gak bisa hadir. Tak bisa dipungkiri selama di BEM bagiku mereka banyak memberikan inspirasi, mereka adalah teman-teman yang sholeh/hah, cerdas, dan semangat. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentang diriku waktu itu, tapi aku sangat berterima kasih telah diberikan kesempatan mengenal sosok-sosok yang luar biasa. Semoga kalian semua selalu mendapat keselamatan, amin.
Berangkat dari IPB naik angkot ke Baranangsiang, alhamdulillah kami sudah terlambat dan Bus Damri menuju Bandara Soekarno-Hatta sudah berangkat, akhirnya kita harus menyewa mobil APV untuk membawa kami ke bandara. Begitu sampai bandara kami shalat isya, dan menunggu pesawat take off. Saat itu aku lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 00.00 dan 00.30 kami akan take off, tanpa berpikir panjang aku mengambil hp di saku celana dan menelepon kakak. Sebagai kakak yang baik pastilah dalam telepon aku mendapat banyak sekali nasehat, namun kita lebih banyak bercanda saja, menanyakan kabar adik dan ponakan yang masih lucu-lucunya. Begitu ada panggilan untuk masuk ke pesawat aku matikan hp, "udah dulu ya mbak, ini mau berangkat, assalamualaykum". "Waalaykumsallam", jawab kakak, kemudian hp pun aku matikan.
Terbang bersama Philipine Airlane, aku minta makanan seafood karena takut makanan yang lain tidak halal karena pilihan yang lainnya daging.Sebelum makan aku lihat-lihat dulu bungkusnya, aku cari label halal. Begitu aku lihat bungkus krupuk, ternyata krupuk tersebut buatan Indonesia kalau tidal salah dari Gresik-Jawa Timur, inilah salah satu contoh perdagangan internasional, kalau menurut David Ricardo Indonesia mempunyai comparative advantage dalam pembuatan krupuk daripada Philipina. Ketika kami berangkat waktu itu adalah bulan Ramadhan, tapi alhamdulillah kami tetap bisa berpuasa di dalam pesawat.
Delegasi IPB dalam "2011 APCBEES Shanghai Conferences"
Tiba di bandara Pudong-Shanghai kami dijemput seorang sopir dari MUI di China (lupa namanya). Begitu melihat wajah melayu kami, dia bertanya "Malaysian?". Jujur kami kesal sekali dibilang warga malaysia, karena waktu itu sedang hangat-hangatnya isu mengenai klaim budaya Indonesia oleh Malaysia.

Tidak ada komentar: